💞
![](https://www.blogger.com/img/transparent.gif)
KOMUNTAS BUDAYA
SANGGAR SUPRIMANGGUN BIAK
Wor adalah sebuah upacara untuk
memohon, mengundang, atau meminta perlindungan dari penguasa alam semesta dalam
kepercayaan masyarakat Biak.
Hal ini
berhubungan dengan hidup orang Biak, “Nggo wor baindo na nggo mar,” yang artinya
“Tanpa upacara adat, kami akan mati”.
Maka dari itu, upacara adat begitu
pentingnya bagi masyarakat Suku Biak.
Tradisi Wor dilakukan dalam lingkaran
hidup orang Biak, yaitu untuk mengiringi pertumbuhan anak mulai dari dalam
kandungan, lahir, hingga masa tua sampa kematian.
Mengutip dari Tradisi Wor dapat juga
disebut sebagai agama. Wor memiliki dua definisi. Pertama, sebagai upacara
adat.
Kedua, sebagai nyanyian adat. Secara simbolis,
Wor mengandung makna yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan
berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama dan
lingkungan alam tempat di mana mereka berada.
Tradisi Wor merupakan bagian dari pemujaan
terhadap penguasa tertinggi. Suku Biak percaya adanya penguasa tertinggi di
dunia ini yakni:
1.
Nanggi, penguasa langit atau sorga.
2.
Mansren Manggundi, penguasa tunggal.
3.
Karwar, roh orang mati atau roh leluhur.
4. Dabyor, roh halus yang menguasai gunung, batu besar, sungai,
tanjung dan lainnya.
5.
Arbur, roh halus yang mendiami pepohonan.
6.
Faknik, roh halus yang mendiami lautan.
Dalam bentuk upacara,
tradisi ini merupakan upacara sakral karena dianggap berfungsi melindungi
seseorang dalam siklus hidupnya.
NYANYAIAN
DOUW SAMSYOMSANANDIK FARO MANSEREN
BUDAYA BIAK DI BAGI MENJADI TIGA BAGIAN.
BUDAYA TIFA :
WOR
BUDAYA SERULING :
DOUW/NYANYIAN
BUDAYA NOKEM :
INOEN/ PERUT BUMI
KOMUNTAS BUDAYA
SANGGAR SUPRIMANGGUN BIAK
![]() |
Penulis : J-Kmur
Penerjemah : Alm :
Zeth Kmur
Ibu : Ruth Kmur
KONOUW DOUW SANDIK REFO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar