Kamis, 08 Juli 2021

Puisi Untuk Sang Pemberani Suprimanggun.

 Ketika orang Tua masih hidup bersama kita, kita selalu mengabaikan mereka tidak peduli dan tdk menhargai mereka, membentak mereka,.

Dan pada saat mereka kembali ke pangkuan Bapa di sorga, timbulah Rasa sedih dan Penyesalan yang sangat sangat  mendalam dlm lubuk hati, rasa bersalah terhadap mereka selalu menghantui kita. Tetapi sdh tiada. Selagi kalian masih memiliki orang tua yang masih hidup bersama kalia. . Hargailah walaupun mereka tidak kaya ataupun profesi mereka karena merekalah kita bisa ada di bumi ini.


16 Juni 2021  Menjadi Hari bersejarah dalam hidupku.

Orang Yang selalu mengusap Air mataku dan selalu menanyakan kabarku walaupun ia tdk pernah memintah apa yang aku miliki.. Ia hanya berkata Apa kabarmu di sana, Jawabku  ya aku baik baik saja, dan apa  Jawabnya Tuhan itu baik  ia adalah Bapaku. Tetapi  sekarang sdh kembali ke Pangkuan Sang maha kuasa.


Kata  (Pengkhotbah 3:4)


Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 


Tetapi Kami Tetap Bersyukur.

Penulis: Jack-Kmur ( suprimanggun)

Post: SanggarSuprimanggun.


Rabu, 07 Juli 2021

Festival Munara Wampasi Kabupaten Biak Numfor Rekor Muri 2017


 Festival Munara Wampasi 

Kabupaten Biak Numfor


Rangkaian acara festival Biak Munara Wampasi dibuka secara khusus pada hari Sabtu, 1 Juli 2017 oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise. Festival tahun 2017 ini berbeda dengan Festival Biak Munara Wampasi tahun sebelumnya karena di tahun 2017 ini Biak Munara Wampasi pun melakukan pemecahan Rekor di Indonesia maupun Dunia dengan Perahu tradisional (waironi) terpanjang di dunia dengan panjang 30 meter dan Rekor Penabuh Tifa (alat musik asli Biak) terbanyak dengan jumlah 1.000 orang penabuh tifa. Rekor tersebut dicatatkan dalam 2 lembaga Rekor, yaitu lembaga rekor Indonesia Original Record Indonesia, dan Lembaga Rekor Dunia Record Holder Republic London, United Kingdom.


 

Post: Sanggar Suprimanggun.

Gambar Terlampir" President Ori kiri dan Kanan ketua Sanggar Suprimannggun .

Selasa, 06 Juli 2021

Festival Munara Wampasi 2014

 Pengelaran Acara Festival BMW Biak..

bagi Para undangan Wisatawan dari Australia dan America dan I miss Indonesia serta Pejabat dari pemerintah pusat.


Di meriakan oleh Penabur Tifa seorang Wanita.. dari Sanggar Suprimannggun 


Foto :Tribun News.com

Post : supmanggun.


Sanggar Suprimanggun biak

 Kenangan Ketika Alm. Bapak Zeth Kmur.


  Sanggar Suprimannggun  Mengikutih Festival Film Etnik Nusantara 2015, yang juga diinisiasi Pemerintah Kabupaten Biak Numfor.

Dan Sebagainya.




Petang makin beringsut menuju malam di Lapangan Cendrawasih, Biak Numfor, Papua. Puluhan orang dengan kostum khas: rok rumbai dari rajutan daun sagu dan ikat kepala beraksesori bulu hewan, menari sambil menabuh tifa. Mereka berkumpul untuk hajatan ”Pagelaran Wor dan Munara Kafkofer Afer, Seni Tradisi dan Upacara Adat Suku Byak”.

Warga Biak dengan usia belasan hingga puluhan tahun bergerak bersama. Kaki mereka lincah bergerak. Koreografi tarinya sederhana, tidak rumit, tetapi terlihat menguras tenaga. Tubuh ‎tidak sekadar bergerak ke segala arah, tetapi juga meloncat-loncat. Inilah yang membuat tarian mereka tidak mudah ditirukan. ”Suworo mindima mukesepen boi… (Mereka akan menyanyikan wor untukmu…)”. Mereka terus menari dan menabuh. Keringat memandikan tubuh para pria yang bertelanjang dada.

Beruntung bisa menyaksikan pertunjukan yang digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor yang waktunya bersamaan dengan hajatan Festival Film Etnik Nusantara 2015, yang juga diinisiasi Pemerintah Kabupaten Biak Numfor.

Semua kecamatan mengirimkan tim, menyuguhkan wor untuk teman-teman mereka sendiri, karena hanya sedikit wisatawan yang mampir. Kata Bupati Biak Numfor Thomas Alfa Edison Ondy, acara ini memang lokalan saja. Yang penting, tradisi tetap didengungkan terus-menerus.

Karel Workrar, pelatih kelompok tari Koirosa Risa Biak Utara, mulai menyiapkan para penarinya. Biak Utara mempersembahkan wor mengenai ajakan perdamaian‎ antarsuku. Peperangan antarsuku harus diakhiri, begitu inti ceritanya. ”Ada 18 jenis wor di Biak. Nyanyiannya tidak mengenal notasi sol dan si, jadi do-re-mi-fa-la. Irama nyanyiannya melompat-lompat,” tutur Karel.

Dede Muswonar, seniman Biak, menerangkan tentang wor atau tarian dan nyanyian dari suku Biak. Wor pada masa lampau menjadi bagian dari kehidupan orang Biak. Sambil berkebun, melaut, hingga bercengkerama dengan tetangga, orang Biak menarikan wor. Para pelaut dan nelayan yang gagah dan tangguh menyanyikan wor di tengah laut untuk menjaga laut tetap tenang atau agar mendapat tangkapan ikan sesuai dengan harapan.


Menunggu pergelaran dimulai.

Kompas/Susi Ivvaty

”Kafkofer afer”

Sesungguhnya wor sudah jarang dilakukan, kecuali dalam bentuk seni pertunjukan seperti digelar di lapangan Cendrawasih ini. Para pelakunya adalah sanggar tari-sanggar tari. Begitu pula dengan munara (upacara adat) kafkofer afer, sebuah upacara perdamaian dengan cara meniup kapur‎ yang dilakukan dua pihak yang bersengketa.

Dua pihak yang dimaksud adalah keluarga dari pelaku dan korban ‎yang pada masa lalu berperang hingga terjadi pertumpahan darah. Yang berhasil membunuh disebut pelaku dan yang dibunuh disebut korban. Dalam kafkofer afer, pihak pelaku dan korban diwakili empat orang yang berhadap-hadapan. Seorang tetua mendatangi mereka sambil membawa sepiring bubuk kapur. Satu per satu keluarga pelaku mendekati keluarga korban, kemudian mereka meniup

kapur yang dibawa tetua atau tokoh adat.

Seru sekali. Setelah rupa-rupa wor, lalu munara kafkofer afer, masih ada lagi pertunjukan menarik, yakni kinsasor, yang disuguhkan grup Iryama dari Biak Barat. Kinsasor adalah upacara persembahan kepada ibu hamil‎. Selain untuk menebak jenis kelamin bayi dalam kandungan, kinsasor

juga merupakan sebuah doa untuk kesehatan dan keselamatan ibu beserta calon bayinya.

Ibu yang sedang mengandung

berjalan perlahan menuju tengah

lapangan, lalu duduk di kursi. Di dekat kakinya diletakkan baskom berisi

air dan dedaunan. Sejumlah kerabat menari sambil menyanyi di belakang ibu. S‎eorang dukun merapal beragam mantra dan menyerukan doa.

Dengan melihat pergerakan daun di dalam baskom, dukun bisa mengerti jenis kelamin bayi di dalam kandungan.

Tradisi suku Biak kini menjadi semacam santapan yang disajikan kepada wisatawan yang melancong ke Biak. Melalui aneka tradisi itu, masyarakat Biak ingin mengabarkan pesan para leluhur di Biak: nggo wor ba ido, nari nggo mar. Tanpa upacara adat, kami akan mati.


Dokumenter suprimanggun

Posting: Jack Kmur 


Tulis oleh (SUSI IVVATY)

Festival BMW Biak

WAWOR DOUW MA ISYOM ISANDIKI MANSEREN'' KONOUW DOUW SANDIK REFO' ''KITA ANGKAT KIDUNG PUJIAN UNTUK MENGAGUNGKAN TUHAN&#...